Sebagai makhluk sosial kita tidak mungkin hidup sendiri. Segala aspek kesuksesan kita adalah rangkaian yang terjadi dengan melibatkan orang lain. Orang yang menyakiti kita, orang yang mendorong, kita bahkan orang yang selalu merendahkan kita.
Memahami orang lain akan membuat cakrawala pikiran dan kebijaksanaan kita berkembang lebih luas ketimbang sebelumnya. Untuk itu, bagaimana cara kita “mendidik” diri sendiri agar mampu menemukan keseimbangan yang membawa kebaikan dan kebahagiaan dalam satu bentuk kesepahaman satu dengan yang lain? Berikut beberapa hal yang layak kita lakukan…
1. Pahami Lebih Dulu Jangan Minta Dipahami
Konsep paling sederhana dalam memahami orang lain adalah dengan mencoba memahami diri sendiri. Bijaksana terhadap diri sendiri karena sudah paham dengan seluk-beluk luka dan kesenangan yang ada pada diri kita. Sudah mengenal betul mimpi dan cita-cita kita baik yang teraih maupun yang masih ada di angan-angan.
Seperti halnya seorang pengendara. Sebelum ia mengendarai kendaraannya ia harus lebih dahulu memahami dirinya sendiri. Berjuang untuk mengalahkan rasa takut dan keterkejutan dengan lalu lalang kendaraan di jalan raya yang bisa jadi akan membuatnya limbung. Kita harus bisa memantapkan hati dan tahu arah jalan lurus, berbelok, atau bagaimana rambu kendaraan mengatur kita. Sehingga ketika ada orang yang mencoba menyalipnya, melakukan kesalahan, ia bisa mantap mengatakan bahwa ia berada di jalan yang benar dengan kondisi yang ia pahami betul.
2. Berhenti Fokus Pada Diri Sendiri
Fokus pada diri sendiri baik, tapi terlalu fokus pada diri sendiri hingga tidak melihat titik lain di luar diri kita bukanlah suatu hal yang positif. Sebab, hidup kita terdiri dari banyak rangkaian. Dan orang-orang di sekitar kita adalah salah satu rangkaian itu. Terlalu fokus pada diri sendiri juga hanya akan membuat kita tertuju di satu titik. Jelas hal itu akan melelahkan dan membosankan. Sedikit menolehkan kepala untuk melihat sekeliling akan membuat kita paham tentang banyak hal yang semestinya kita syukuri.
Angelina Jolie pemenang Oscar pada tahun 1999 untuk film-nya Girl Interrupted pernah merasakan hampa justru ketika segala kesenangan ada di tangannya. Ketika akhirnya ia menjalankan misi dari PBB sebagai duta besar kemanusiaan, barulah ia merasa hidupnya tercerahkan.
3. Menjadi Pendengar yang Baik
Kerap kita tidak sadar bahwa dua telinga yang diciptakan untuk kita bermakna lebih selain berfungsi untuk mendengar. Dengan dua telinga itu harusnya apa yang kita dengar lebih banyak dari apa yang kita ucapkan. Apa yang kita pahami lewat pendengaran, lebih bijaksana untuk kita saring sebelum itu kita ucapkan.
Proses pertama yang harus dilakukan untuk menjadi pendengar yang baik adalah dengan menutup mulut kita untuk suatu hal yang tidak penting. Sehingga, telinga menangkap lebih banyak untuk kalimat orang lain, hati menyaringnya, dan mulut baru terbuka setelah bisa menyerap pembicaraan itu menjadi sebuah kebijaksanaan.
4. Setiap Orang Ingin Dipahami dan Dipuji
Sudah hukum alam bahwa setiap orang ingin untuk selalu dipahami. Semakin dipahami, mereka akan semakin nyaman. Bila keadaan sudah membuat mereka nyaman maka mereka akan lebih mudah untuk diajak bicara. Segala keluh kesah mereka bisa jadi sesuatu yang akan membuat kita semakin memahami mereka.
George W. Crane seorang psikolog, dokter, dan juga konsultan membuat sebuah klub bernama Klub Pujian. Klub Pujian ini meminta agar para anggotanya dalam setiap hari memberikan pujian kepada tiga orang selama 30 hari penuh. Dan, hasil yang didapat adalah bahwa kepercayaan diri seseorang meningkat bila terus menerus diberikan pujian dan sanjungan yang sifatnya positif. Mereka akan bergerak mengikuti arah pujian yang positif dan membentuk diri mereka menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar